Kanal

Syamsuar: "Perluas Lahannya, Tanami Dengan Nenas, Porang, Ubi Racun"

PEKANBARU-riautribune: Sempat mencuri perhatian banyak pihak dalam menjaga tatanan Gambut di Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu, Arboretum Marsawa pun dikunjungi oleh Gubernur Riau H Syamsuar, Jumat (11/10). Sambil melihat langsung, bagaimana kelompok petani didampingi oleh pihak pertamina mengembangkan lokasi ini sebagai pusat aktifitas warga, sekaligus menjaga Gambutnya tidak lagi terbakar sejak peristiwa 2015 lalu.

   "Saya berharap luas yang saat ini telah dijaga dan ditanami hingga 1,5 Ha ini bisa dikembangkan menjadi beberapa hektar. Cari bapak angkat, dan Pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis dorong mereka agar terus berkembangkan. Untuk tanaman,upayakan kembangkan yang kreatif, seperti Nenas, contoh sederhana nenas itu sudah dicari-cari oleh pengusaha Jakarta hingga ke Pusako Kabupaten Siak. Artinya apa, Nenas hari ini jauh potensial di pasaran. Kemudian saya usulkan juga tanami Genjo atau biasa dikenal dengan sebutan porang, sejenis umbi-umbian yang saat ini dicari-cari oleg industri makanan dan industri kosmetik dunia. Nah untuk menjawab persoalan hama babi, antisipasi dengan menanam ubi Gajah atau Ubi racun,"Ucap H Syamsuar seraya disambut dalam dialog hangat oleh pengelola Arboretum Marsawa.

   Dalam kunjungannya, H Syamsuar yang turut didampingi oleh Asisten II Kabupaten Bengkalis Heri Indrapraja, dan Manager Produksi Pertamina Refinery Unit II Sungai Pakning Fajar, juga menyaksikan langsung tanaman endemik yang masih terjaga di Arboretum ini, yakni Kantong Semar, serta juga teknik pencarian sumber air di lahan Gambut yang dilakukan oleh petani atau pengelola Arboretum ini. Yakni dengan Mencacak pipa di beberapa titik hingga mengeluarkan air dengan alami, air inilah yang kini menunjang aktifitas di lokasi Arboretum, yang tingkat kunjungannya per bulan 200 hingga 400 pengunjung setiap bulannya.

   Rombongan yang juga sempat dihadiri oleh peneliti Universitas Riau Prof.Ashaluddin Jalil, MS, bahwasanya air yang keluar tersebut menunjukkan bahwa titik itu ada kubah Gambut, yang harus dijaga keasliannya, sehingga mata air yang ada dibawahnya tetap terjaga keasliannya guna membasahi gambut, agar tidak kering, sekaligus terhindar dari kebakaran.

   "Pesan utama kami dari kalangan peneliti kampus, memelihara gambut untuk sekarang ini, diperlukan keseriusan sebab tidak cukup hanya merawat, namun juga dibarengi dengan menanam (revegetasi) pohon alam sehingga mampu menahan penurunan tanah, dan yang utama adalah menjaga agar Gambut tetap basah,"Ucap Rektor dua Priode ini.

  Rombongan ini juga sempat diajak berkeliling melihat beberapa tanaman di kawasan Gambut Arboretum Marsawa, bahkan juga melakukan penghijauan bersama, baik dari kalangan bersama, Gubernur Riau, Pertamina Sungai Pakning, dan Perwakilan Pemerintah Kabupaten Bengkalis, dan turut serta perwakilan Badan Restorasi Gambut.

   Bahkan pada kesempatan ini, Gubri pun mengusulkan agar Arboretum ini bisa dikembangkan menjadi Eco wisata, selain bisa dikunjungi oleh masyarakat umum, dengan tetap menjaga keselestariannya, Arboretum ini hendaknya bisa disupport oleh Pertamina menjadi pusat penelitian bagi para peneliti Gambut, sehingga bisa memberikan sumbang pikir terhadap kelestarian Gambut yang ada di Riau, kedepannya.

  "Ya, saya ucapkan selamat,Namun ingat, tugas kita masih didepan, jaga keselestarian Gambut, Jangan terbakar, tanami dengan berbagai tanaman yang potensi untuk menambah penghasilan para penjaganya. Tadi saya usulkan ada Genjo atau dikenal dengan Porang, hasilnya untuk satu hektar selama 10 bisa mencapai 400 - 500 juta, artinya si petani bisa menghasilkan pendapatan Rp60juta per bulan. Itu besar, dan membantu mensejahterakan masyarakatnya,"Ucap Syamsuar.

 

 

Forpompa

Dibalik perawatan Arboretum Marsawa, ternyata ada cerita uniik, dimana komonitasnya telah melahirkan grup peduli Api atau biasanya dikenal sebagai sebutan MPA (Masyarakat Peduli Api).

   "Kami menyebutnya dengan Forpompa, Forum komunikasi Masyarakat Peduli Api, forum ini bertugas menjaga titik api agar tidak tersebar, ikatannya terhubung antar Kecamatan, dan yang menariknya, adalah pembiayaan untuk support honor Forpompa adalah hasil dari aktifitas dan produktifitas yang ada di Arboretum Marsawa ini. Contoh sederhana, Kami menanam Nenas yang luasnya mencapai 14 Ha, hasil penjualan nenas, pengolahannya menjadi produk turunan seperti kripik nenas, sirup nenang, dodol nenas, sebagian keuntungannya kami sisihkan, untuk membiayai tim Forpompa,"Ucap Samsul pengelola Arboretum yang juga pernah mendapat pendidikan sebagai pemateri tentang Arboretum tingkat nasional, turut didampingi oleh manager pertamina Fajar Basuki.(Dmk)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER