Kanal

Arboretum Sungai Pakning Binaan Pertamina Jadi Perhatian

PEKANBARU-riautribune:Siapa yang menyangka jika lahan arboretum ini dulunya adalah kawasan yang pernah terbakar di tahun 2012 hingga 2014. Betapa tidak kini kawasan itu telah berobah menjadi sebuah kawasan Arboretum yang banyak menyimpan potensi, mulai dari potensi edukasi untuk mengenal gambut, hingga kawasan bagi sebagian warga

untuk saling bertemu menginisiasi ide-ide kreatif seperti berkebun nanas, mengolah menjadi produk turunan yakni kripik nenas, sirup, bahkan mengenalkan gambut dari sudut pandang yang berbeda melalui sekolah alam kepada siswa.
  Itulah sedikit penjelasan Fajar Basuki Manager Production Pertamina Refinery Unit II Sungai Pakning  saat menyambut redaksi riautribune.com, Sabtu (5/10) di kawasan Arboretum Marsawa kelurahan Sungai Pakning, kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis.
 "2012 hingga 2014, kawasan ini begitu menjadi momok ketakutan bagi kami, terbakar dan yang bingungnya adalah sampai kapan akan bisa padam, asap, dan rasa putus asa hampir menghinggapi  warga sekitar. Tetapi dengan keyakinan bersama, kita mencoba agar kebakaran itu tidak lagi terjadi, gambut harus tetap terjaga, kini sambil menanam dan berkebun kami dan warga berpatroli menjaga agar jangan lagi ada api ataupun kebakan-kebakaran yang mengancam lahan gambut ini,"Ucap Fajar yang juga didampingi pak samsul yang sehari-hari bersama warga mengelola Arboretum Warsawa.
  Berkeliling dikawasan Arboretum kami disuguhkan oleh pemandangan tanaman langka, yakni kantung Semar atau dengan nama latinnya,Nepenthes yang juga dikenal sebagai tanaman endemik sumatera yang hampir punah. Dikawasan ini, pengunjung bisa menemukan lima hingga tujuh jenis tanaman Kantung Semar.
  "Tanaman ini kita jaga bersama kelestariannya, salah satu upayanya kami sepakati adanya aturan, jangan dipetik atau di rusak, karena ada sangsi denda menanti hingga Rp500ribu rupiah,"Ucap Fajar. Beberapa pohon kantung semar dari pantauan riautribune.com terlihat memang tumbuh membesar dengan cara merambat, bahkan ada jenis yang satu pohon warnanya dua, selain unik tanaman ini juga dikenal sebagai pemangsa serangga.
  Pemandangan lainnya, adanya pesanggerahan, sebuah wadah bagi warga untuk saling berbagi pengalaman tentang merawat kebun gambut, dan juga sesekali digunakan oleh siswa-siswa sekolah dasar, dibawah bimbingan gurunya untuk belajar mengenal gambut.
  "Kita bersama pemerintah daerah, juga telah menginisiasi kurikulum gambut sebagai salah satu muatan lokal, ini sebuah keberlanjutan, agar generasi berikutnya memahami gambut, tetap menjaganya dan melestarikannya, jadi tidak hanya terputus saat ini saja, namun berlanjut,"terang Fajar.
 Yah, dihari biasa dikawasan ini kita dapat melihat langsung bagaimana siswa mengikuti sekolah alam, mendengarkan materi-materi tentang gambut, dan memahami bagaimana gambut merupakan lingkungan yang selama ini turut menyokong kehidupan warga.
  Dilokasi ini kami disuguhi hamparan kebun Nanas, kebun yang di jaga bersama-sama oleh warga dan kelompok koperasi ini telah berkembang sampai 14 Ha lebih. Hasilnyapun telah menjadi berbagai produk turunan seperti Kripik Nanas, Dodol Nanas, bahkan daun-daun nanas yang telah dikeringkan dan dibersihkan, kini telah dirajut menjadi kresek ramah lingkungan.
  "Kini saat merajut kresek ramah lingkungan bukan hanya kesibukkan ibu rumah tangga, karena bapak-bapaknya harus turut serta, ndak mungkin membiarkan ibu-ibuknya sibuk terus, nanti lupa yang dirumah,"Ucap Samsul bercanda.
  Yah, kini produk-produk olahan itupun bisa ditemukan di Galery yang dikelola warga dibawah koperasi Tani Tunas Makmur Kampung Jawa Binaan Pertamina di kelurahan sungai pakning, yang hanya berjarak 500 meter dari arboretum dan dipinggir jalan Ring road Pakning.

  "Upaya untuk menjaga Arboretum ini, juga tersingkronkan dalam forpompa, sebuah forum yang terus kami jalin komunikasinya, dan tim yang siap sedia memadamkan api jika seandainya ada kebakaran lahan gambut di sekitar sungai pakning. Income generate dari kebun nanas dan aktifitas di sekitar arboretumlah yang nantinya menjadi supporting Forpompa yang kini terus siap sedia menjaga keamanan lahan dari percikkan api. Kita optimis dan bangkit,belajar dari pengalaman tahun 2012-2014 dimana kawasan ini dipung oleh Asap dan Api,"Ucap Fajar.(Ynk)

 

 

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER