Kanal

Mardhiansyah Akademisi Kehutanan UNRI Tunjukkan Upaya Teknis

Pekanbaru-riautribune: Menyikapi Kualitas udara di Propinsi Riau khususnya di Pekanbaru masih berkisar antara kriteria “sangat tidak sehat” dan “berbahaya”, pengamat kehutanan Riau Mardhiansyah,saatnya untuk melakukan aksinya bukan lempar kesalahan.

. "Ingat Kondisi hari sangat mengganggu aktifitas dan kesehatan. Realita tersebut menunjukkan bahwa kabut asap masih menyelimuti wilayah Pekanbaru.Kebakaran lahan terjadi disebabkan dua faktor utama yaitu aktifitas manusia dan kondisi lingkungan atau lingkungan," Ucapnya ketika diwawancari Kemarin.


Ditegaskannya,  kondisi kebakaran lahan yang dihadapi saat ini sangat sulit karena kondisi iklim yang ekstrim. Seperti perkiraan para ahli iklim, tahun 2019 adalah tahun terpanas sepanjang sejarah.
  Mardhiansyah juga menambahkan, berdasarkan hasil pantauan BMKG, Indian Ocean Dipole (IOD) wilayah Indonesia menunjukkan nilai positif yang artinya Indonesia masih akan mengalami musim panas kemungkinan hingga akhir tahun 2019. Suhu muka laut di Indonesia masih dingin hingga Oktober 2019 sehingga penguapan yang berpotensi bagi pertumbuhan awan-awan hujan masih kurang hingga oktober 2019.


 Kondisi tersebut mempersulit proses pemadaman titik api karena keterbatasan dan kesulitan mendapat air untuk proses pemadaman api. Kebakaran di lahan gambut yang dicirikan dengan kebakaran dalam tanah membuat proses pemadaman semakin sulit jika keterbatasan ketersediaan air. Lahan gambut yang kering juga merupakan potensi besar terjadikan kebakaran. Kondisi lingkungan seperti itu diperparah oleh kelalaian dan ketidakpedulian masyarakat dalam beraktifitas sehingga mengakibatkan terjadinya kebakaran.

 

Ketika ditanyai pendapatnya, pada situasi saat ini fokus perhatian harus diarahkan pada upaya pemadaman api. Tak ada asap kalau tak ada api. Untuk itu dukungan dan perhatian harus diberikan optimal pada pasukan yang memadamkan api secara langsung di lapangan seperti Manggala Agni, Damkar, BNPD, MPA, TNI, Polri, Masyarakat dan pihak-pihak lain yang terlibat. Kolaborasi pasukan pemadaman tersebut merupakan bentuk sinergitas Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penanggulangan Karhutla. Pemadaman api gambut bukanlah pekerjaan sederhana. Dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan stamina yang mumpuni untuk mampu bertugas memadamkan api. Akses ke lokasi pemadaman terkadang sulit dicapai dan keterbatasan ketersediaan air menjadi kendala terbesar pemadaman api. Dengan kondisi tersebut, pasukan pemadaman bisa berhari-hari dilapangan bertugas memadamkan api tersebut meninggalkan keluarga dan terisolir demi memadamkan api menyelamatkan umat manusia dari kabut asap. Untuk kebakaran lahan gambut, pemadaman darat secara langsung lebih efektif dibanding pemandaman melalui udara dengan menggunakan Helikopter. Penggunaan helikopter dapat membantu untuk memobilisasi air untuk kawasan yang sulit diakses darat.

 

Untuk itu Akademisi muda  yang merupakan Alumni UGM (Kagama), mengajak segenap komponen masyarakat untuk memberikan dukungan dan doa kepada pasukan pemadam api di lapangan. Semua potensi bangsa baik pemerintah, masyarakat serta pihak swasta khususnya korporasi baik kehutanan dan perkebunan yang menguasai mayoritas lahan di Riau untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada para pasukan pemadam api yang berada di lapangan. Mereka membutuhkan peralatan pelindung diri seperti masker, kacamata dan lain yang nyaman digunakan dan sesuai standart kesehatan serta keselamatan. Pemulihan kesehatan mereka pasca bertugas juga perlu diperhatikan dan ditanggulangi karena selama bertugas di lapangan mereka terpapar langsung oleh kabut asap dan partikel udara yang lebih pekat dan berbahaya. Mereka yang berjihad sebagai ujung tombak garda terdepan pemadam api di lapangan harus mendapat prioritas perhatian dan dukungan disamping upaya-upaya penanggulangan kebakaran lainnya juga tetap disinergiskan untuk dilaksanakan sebagai suatu kerja kolaborasi.

Disamping kepedulian publik terhadap korban asap dengan pembagian masker, posko pengungsian dan lain-lain, dukungan dan kepedulian kita semua kepada pasukan pemadam sangat perlu kita berikan yang mungkin selama ini kurang menjadi perhatian kita karena dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah semata. Apresiasi dan penghargaan dan doa kita semua atas dedikasi para pemadam api di lapangan. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan, keselamatan dan kemudahan bagi mereka menjalankan tugas memadamkan api dan membebaskan kita semua dari titik api yang memicu munculnya asap.

Mencermati kondisi kabut asap ini, sudah seharusnya kita memparipurnakan usaha dengan doa. Usaha tanpa doa tentu akan menjadi tidak bermakna. Perlu menjadi ikhtibar bagi kita semua, apa yang terjadi saat ini mungkin merupakan azab Allah kepada kita dan negeri ini akibat kezaliman kita terhadap alam dan kesombongan kita serta khilaf salah kita. Maka pada dimensi tersebut diperlukan pertaubatan kita semua agar Allah mencabut azabnya. Ibadah dan doa dari semua umat beragama perlu dijalankan mengharapkan pertolongan Allah menurunkan hujan dan menyelamatkan negeri ini dari penderitaan dan korban kabut asap. Sejalan itu diperlukan kesabaran dan “imsyak” kita menahan diri untuk tidak saling menghujat dan berdebat melempar tanggung jawab saat mengalami kepungan kabut asap. Apa lagi jangan sampai dinamika kabut asap dan kebakaran lahan ini dipolitisasi dan gunakan untuk kepentingan politik yang tak pada patutnya. Setelah bersih udara dari kabut asap sehingga kondisi segar dan sehat yang memberi ruang untuk beraktifitas maka itu saatnya untuk mengurai satu persatu dinamikan kebakaran lahan yang selama ini terjadi dan mengevaluasi kebijakan serta langkah yang sudah dijalankan untuk selanjutnya diperbaiki dengan menyusun langkah strategis secara kolaboratif agar tidak terjadi lagi kebakaran lahan yang menimbulkan kabut asap.

Selain hujan, kecepatan dan arah pergerakan hembusan angin juga sangat membantu mengurangi kepekatan kabut asap di udara. Banyak laporan menginfokan bahwa titik api sudah berkurang namun kabut asap masih tebal. Hal tersebut berpotensi karena asap tersebut berasal dari daerah lain yang terbawa angin dan terperangkat menyelumuti wilayah Propinsi Riau karena angin berhembus menuju Propinsi Riau dan bergerak dengan kecepatan rendah di wilayah Propinsi Riau. Selanjutnya menurut pandangan anak watan Bengkalis ini, diperlukan optimalisasi peran dan fungsi Humas atau Juru Bicara Satgas Penanggulangan Karhutla Propinsi Riau agar masyarakat bisa mendapatkan informasi resmi yang akurat tentang status kualitas udara harian, sebaran titik panas (hotspot), sebaran titik api (hotsfire), pola dan kecepatan pergerakan angin dan data informasi lainnya agar tidak menimbulkan kegaduhan dan multi tafsir ditengah masyarakat. Dengan demikian, pertimbangan memutuskan meliburkan aktifitas di Sekolah dan Kampus bisa dibuat berdasarkan pendugaan atau perkiraan beberapa hari ke depan, bukan berdasarkan kondisi kualitas udara pada waktu yang sudah dan sedang dilalui.(CRT)

 

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER