Kanal

Nostalgia Majalah Dinding

PEKANBARU - riautribune : Bagi Anda yang tumbuh besar di era tahun 70-an, 80-an, 90-an, hingga awal tahun 2000 tentu akrab dengan Mading atau Majalah Dinding. Bisa jadi, Anda bahkan turut aktif menjadi salah satu anggota panitia Mading sekolah yang perlu diperbaharui setiap dua minggu sekali atau sebulan sekali.

Apa yang dimaksud dengan Mading? Dikutip dari Wikipedia, Majalah Dinding merupakan salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut sebagai Majalah Dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya. Penyajiannya pun biasanya dipampang pada dinding suatu sekolah dan sejenisnya.

Bentuk Mading

Dilihat dari bentuknya, Mading umumnya dibuat dalam berbagai macam media mulai dari kertas karton, tripleks, styrofoam yang dikombinasikan dengan kain atau aneka bahan lain. Biasanya ukuran Mading relatif besar yaitu 120 x 260 cm atau disesuaikan dengan kebutuhan suatu sekolah. Semakin besar suatu Mading, berarti semakin banyak berita, cerita, dan kreativitas yang dituangkan oleh siswa di dalamnya. Nuansa edukasi tentu terasa sangat kental pada Mading.

Agar menarik dan mudah dibaca, berbagai berita tersebut dibuat dalam kolom-kolom seperti iklan baris dalam surat kabar. Setiap kolom dapat diisi berbagai artikel menarik mulai dari teka-teki silang, berita sekolah, berita OSIS, cerita bergambar, hingga berbagai ide kolom kreasi siswa dalam format berbayar seperti ‘Dari Siswa untuk Siswa’. Semakin kaya isi dari sebuah Mading, artinya akan semakin menarik Mading tersebut.

Peran Mading

Mading yang dikelola oleh beberapa kelompok siswa serta guru sekolah bertujuan sebagai fasilitas kegiatan siswa yang memiliki berbagai fungsi yaitu informatif, komunikatif, rekratif dan kreatif.

Sebagai fungsi informatif, Mading dapat menjadi media yang menginformasikan berbagai kegiatan sekolah yang sedang atau akan dilakukan. Informasi ini tentu dapat bersifat ajakan bagi seluruh siswa sekolah.

Mading juga dapat berperan sebagai sarana komunikasi dalam bentuk tertulis antarpihak dalam suatu lingkup tertentu. Di sekolah, mading dapat menjadi media komunikasi yang praktis bagi siswa dan antar siswa.

Dengan adanya mading, informasi dapat disampaikan dengan mudah, praktis, dan menarik. Hal ini tentu membuat siswa aktif untuk mengolah konten, menulis, dan berbagi ide menarik lainnya. Akan menjadi suatu kebanggaan besar jika karya seorang siswa dipampang dalam mading dan dibaca oleh siswa lainnya.

Sedangkan sebagai fungsi rekreatif dan kreatif, mading dapat menjadi suatu sarana hiburan siswa dengan membaca serta menemukan konten yang menarik dan menggelitik.

Dengan Mading, ada dua hal menguntungkan yang bersifat timbal balik. Bagi penulis, majalah dinding dapat menjadi media tempat sang penulis mencurahkan idenya. Sedangkan bagi pembaca, majalah dinding tentu dapat membuka wawasan terhadap suatu hal baru hingga penyaluran berbagai pemikiran atau aspirasi dari orang lain. Mading dapat digunakan sebagai ‘umpan’ bacaan. Hal ini tentu memberikan rangsangan bagi pembaca untuk mencari bahan bacaan lain.

Dunia akan menjadi lebih luas ketika kita senang membaca. Najwa Shihab, seorang Duta Baca Indonesia pernah menyatakan bahwa membaca ialah upaya merengkuh makna, ikhtiar untuk memahami alam semesta. Itulah mengapa buku disebut jendela dunia, yang merangsang pikiran agar terus terbuka. 

Itulah sebabnya kegemaran membaca sebaiknya terus ditanamkan. Mading dapat menjadi salah satu sarana untuk meraih hal tersebut.(rls)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER