Kanal

Demokrat, Poros Ketiga dan Godaan Gerbong Jokowi

JAKARTA - riautribune: Wacana pembentukan Poros Ketiga di Pemilihan Presiden 2019 masih mengambang. Partai Demokrat yang menjadi salah satu partai penentu wacana pembentukan Poros Ketiga, belum mengambil sikap apapun. Partai Keadilan Sejahtera bahkan menyindir Demokrat sedang memainkan 'politik tiga kaki'.

Sindiran itu merujuk pada sikap Demokrat yang dinilai masih berhitung apakah akan ikut ke koalisi Joko Widodo, koalisi Prabowo, atau justru membangun poros baru. Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Kurskridho Ambardi menilai Partai Demokrat akan mendekat ke poros Jokowi ketimbang membuat poros baru maupun poros Prabowo di Pilpres 2019 mendang.

"Logikanya, poros ketiga itu pasti akan kalah, dan poros Prabowo berat ya, dugaan saya akan ke Jokowi," kata pria yang akrab disapa Dodi Ambardi itu saat ditemui di Bakoel Koffi, Jakarta Pusat, Rabu (14/3).

Menurut Dodi, ada dua faktor yang akan membuat Demokrat mendekat ke poros Jokowi. Faktor pertama, daya tarik Jokowi yang masih tinggi untuk memenangkan Pilpres 2019 ketimbang tokoh yang lain. Hal itu terlihat dari berbagai survei terakhir yang menempatkan Jokowi ditempat tertinggi.

Survei Indo Barometer Denny JA (23-30 Januari 2018) menyebut elektabilitas Jokowi sebesar 32,7 persen ketimbang Prabowo Subianto 19,1 persen. Survei Populi Center (7-18 Februari 2018) mencatat elektabilitas Jokowi 52,8 persen dan Prabowo 15,4 persen.

Dodi mengatakan Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah berpengalaman menjadi presiden RI pasti mengetahui kalkulasi politik tersebut.

"Prospek elektoral kan Jokowi kansnya di atas angin, jadi Jokowi lebih besar, jadi bisa ke sana," kata dia. Faktor kedua adalah Demokrat memiliki keuntungan untuk meraih panggung politik kembali di tingkat nasional pasca terpuruk di Pileg 2014 lalu jika Jokowi memenangkan Pilpres 2019 mendatang.

Presiden Jokowi saat bertemu dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) Menurut Dodi, mendapatkan panggung politik di Indonesia akan sulit jika tak bergabung dengan poros penguasa. Panggung politik itu akan mudah didapat jika Demokrat mendekat ke poros yang memiliki peluang menang lebih besar.

"Nah yang memberikan panggung ini adalah pemenang, nempel ke pemenang, itu loh logikanya, yang punya kans menang lebih tinggi itu jadi pertimbangan," kata Dodi.

Demokrat dianggap membutuhkan panggung politik baik untuk promosi partai maupun sebagai tempat regenerasi kepemimpinan, dalam hal ini mempromosikan AHY sebagai pemimpin partai dan Indonesia di masa depan.

"Karena biasanya di Indonesia, tanpa panggung itu susah sekali untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas. Nah, panggung ini harus didapatkan Demokrat," kata Dodi.

Dodi juga mengatakan bahwa faktor kekuasaan simbolik yang dimiliki SBY sebagai figur sentral di Partai Demokrat dipastikan akan mengangkat suara Jokowi di Pilpres 2019. Modal semacam ini penting dimiliki dalam kontestasi politik semacam pilkada atau pilpres untuk meraih simpati masyarakat.

"Demokrat memiliki modal sosok SBY, jadi peluangnya bisa lah menarik masyarakat untuk dukung Jokowi," kata Dodi. Meski tak memiliki mesin politik yang militan seperti PDIP dan PKS, Dodi menilai sebagian besar pengurus akar rumput Demokrat masih bisa diandalkan untuk menuruti perintah SBY untuk bersama-sama memenangkan Jokowi di Pilpres 2019.

"Paling tidak separuh pengurus Demokrat itu akan mengikuti komando, di situ dia bisa mmebawa suara," ujar Dodi. (cnn)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER