Kanal

Penanggulangan Kebakaran Hutan Lamban Diakui BNPB

JAKARTA-riautribune: Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia sudah terjadi sejak bulan Mei 2015. Sebulan belakangan, titik api (hotspot) meningkat dan mengakibatkan banyaknya jumlah asap.

Banyak masyarakat di daerah terdampak yang mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei membenarkan jika penanganan karhutla di beberapa wilayah berjalan lambat. Hal itu dikarenakan kurangnya personel dan kondisi medan yang berat.

Dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Willem menegaskan bahwa kondisi kebakaran terparah sejauh ini terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.

"Dari citra satelit yang kami amati dua hari tertakhir, Sumsel, di Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir) itu pemadamannya masih lambat sekali penanganannya. Kedua kebakaran di Kaltim, ada penambahan. Di sana setelah diteliti memang sebagian kebun masyarakat, perorangan sifatnya. Ini dua yang menonjol," kata Willem, Selasa (6/10/2015).

Data terbaru dari BNPB menunjukkan, jumlah titik api di Sumatera sebanyak 502 yang 406 titiknya berada di Sumsel. Kalimantan menyumbang 712 titik, dengan jumlah terbanyak ada di Kaltim dengan 333 titik dan Kalteng 262 titik.

"Di Kaltim terjadi kebakarannya di lahan pertanian. Setelah kami teliti di lapangan. Dari citra satelit kebakaran terjadi di daerah perbatasan kabupaten dan provinsi. Infrastruktur jalan tidak terlalu bagus sehingga sulit dijangkau," tegasnya.(okz/rt)

Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER