Kanal

Pemkab Kampar Ancam Tutup Pangkalan Nakal

BANGKINANG  – riautribune : Kepala Dinas Perdangan, Koperasi dan UMK Kabupaten Kampar M Amin Filda, mengancam akan menutup usaha pangkalan gas elpiji yang nakal atau yang menjual gas elpiji kepada orang kaya atau orang yang masuk dalam kategori mampu.

Penegasan itu disampaikan M Amin Filda, di sela-sela mengikuti rapat paripurna di DPRD Kabupaten Kampar, Jum’at (22/12/2017) terkait sulitnya mendapatkan gas elpiji ukuran 3 kg di sejumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Kampar akhir-akhir ini.

Kelangkaan gas elpiji 3 ukuran kilogram (kg) di Kabupaten Kampar khususnya di Kota Bangkinang akhir-akhir ini memang selalu menjadi topik pembicaraan masyarakat.  Selain susah didapat, harganya pun dipatok diatas harga eceran tertinggi.

Dari pantauan dan informasi, hampir semua desa dan kelurahan mengalami hal yang sama. Mereka bahkan rela mengantre lebih lama demi mendapatkan gas elpiji 3 kg.

Kekurangan gas ini bukan hanya di Kota Bangkinang saja, tetapi juga terjadi di perkampungan contohnya di Desa Lubuk Agung, Kecamatan XIII Koto Kampar , Desa Simpang Kubu, Kecamatan Kampar dan masih banyak desa lainya yang sulit untuk mendapatkan gas elpiji ukuran 3kg.

Menurut Amin, sebenarnya gas elipiji ukuran 3 kg yang  hanya boleh dijual kepada  warga kurang mampu ini tidak langka. Hanya saja banyak kalangan masyarakat yang tergolong mampu dan orang kaya ikut membeli gas ukuran 3 kg, padahal mereka harus membeli ukuran 12 kg karena mereka tidak berhak mendapatkan subsidi dari pemerintah .

Amin juga menceritakan pengalamannya yang terjadi belum lama ini. Ia mengaku mendapat telepon dari salah seorang warga. Saat itu warga mengadu bahwa di tempatnya tidak ada gas elpiji. Mendengar laporan tersebut ia langsung menuju ke lokasi.

Di situ ia menemukan banyak warga mengeluh tentang gas elpiji kepadanya. Lalu ia menjawab "buk ibu berdosa ni buk, ini gas bersubsidi hanya diperuntukkan untuk orang miskin buk, bukan untuk orang kaya buk, jadi wajarlah gas tu kurang terus yang membelinya kan orang kaya kalau orang miskin lebih dari cukup pasokannya," ujar Amin.

Amin juga menegaskan bahwa penyaluran gas ini banyak tidak tepat sasaran, gas ini hanya untuk orang yang kurang mampu, namun orang kaya ikut berebut membeli gas bersubsidi.

“Bisa dikatakan orang kurang mampu apabila gajinya dibawah Rp 1.500.000. Berdasarkan data orang miskin di Kampar sekitar 40 ribu kartu keluarga sedangkan jatah gas dari pertamina sebanyak 5.500.00 tabung pertahun. Kalikan saja pemakaian orang kurang mampu hanya 3 tabung perbulan. Banyak sisanya kan?" imbuhnya.

Ia juga menegaskan, jika ada pangkalan yang membandel atau menjual gas bersubsidi ukuran 3 kg kepada orang kaya atau orang mampu maka ia tak segan-segan akan menutup pangkalan nakal ini. Ia mengimbau jangan ada lagi permainan dalam distribusi gas ini sehingga orang yang layak mendapatkan gas bersubsidi ini bisa dilayani.(ckp)
 
Ikuti Terus Riautribune

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER